(Bagian 1)
Keadaan Umum Lokasi
Bentang Alam Empat Desa di Landscape Taman Nasional Kerinci Seblat
Secara administratif, area desa yang berada di dua Kabupaten Merangin dan Kerinci Provinsi Jambi merupakan hutan sekunder yang masih berupa hutan alam yang berada di bentang alam yang sebagian besar berupa dataran rendah dan dataran tinggi. Namun, sangat disayangkan areal hutan di empat desa areal studi sudah tidak lagi memiliki hutan primer, kecuali Desa Talang Kemuning, karena terjadinya pembukaan lahan yang luas dan illegal logging. Pengambilan data biodiversity pada area hutan yang disurvei pada kegiatan studi biodiversity dilakukan mulai dari wilayah kebun, batas kebun dan hutan (semak belukar) dan hutan yang masih ada di area desa yang diwakili oleh empat jalur transek yang masuk ke dalam wilayah administratif ke-empat desa.
Vegetasi Hutan Merangin dan Kerinci
Vegetasi hutan di Kabupaten Merangin secara umum merupakan hutan sekunder dipterokarpa di dataran rendah dengan terrain yang berbukit-bukit. Masing-masing profil vegetasi hutan pada setiap desa ditunjukkan sebagai berikut.
Profil Hutan Dusun Baru/Desa Baru
Tipe ekosistem : Hutan sekunder dataran rendah
Komposisi hutan : Dipterokarpa campuran
Terrain : Landai – curam
Tutupan kanopi : >65%
Stratifikasi Hutan
Berdasarkan tegakan kelas A, keberadaan 80 % lapisan kanopi mencuat dan 10,7% kanopi atas menunjukkan bahwa kanopi hutan merupakan kanopi yang masih tinggi dan utuh dengan tinggi rata-rata 25,5 m . Kanopi tengah dari hutan sebagian besar diperankan oleh kayu kelas B dan lapisan kanopi bawah oleh kayu kelas C. Beberapa kayu mencuat yang mendominasi adalah kulit manis, kopi dan surian.
Keanekaragaman Floristik
Keanekaragaman floristik di hutan Dusun Baru sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari bentang alam pada wilayah transek, dapat disimpulkan bahwa hampir di sepanjang jalur transek tempat pengamatan dilakukan hanya ada persawahan dan perkebunan kopi. Berdasarkan komposisi spesies hutan, indeks dominansi sebesar 0,3 menunjukkan tidak ada spesies yang secara penuh mendominasi hutan melainkan banyak spesies yang bersama-sama mendominasi (kodominan).
Profil Hutan Desa Gedang
Tipe ekosistem : Hutan dataran rendah, primer/sekunder
Komposisi hutan : Dipterokarpa
Terrain : Landai – curam
Tutupan kanopi : >65%
Statifikasi Hutan
Struktur tajuk hutan Desa Gedang berdasarkan tegakan kelas A, keberadaan 80%
lapisan kanopi mencuat dan 10,7% kanopi atas menunjukkan bahwa kanopi hutan merupakan kanopi yang masih tinggi dan utuh dengan tinggi rata-rata 25,5 m. Kanopi tengah dari hutan sebagian besar mendominasi adalah perladanggan sawah dan sangat sedikit pohon yang masuk dalam kategori NKT, dan yang paling banyak adalah perkebunan kopi.
Profil Hutan Desa Jernih Jaya
Tipe ekosistem : Hutan sekunder dataran tinggi
Komposisi hutan : Dipterokarpa campuran
Terrain : Landai – curam, berbukit
Tutupan kanopi : >65%
Stratifikasi Hutan
Berdasarkan tegakan keseluruhan pohon, ukuran DBH pohon terbesar adalah 42 cm dan terkecil adalah 5,6 cm sedangkan ukuran pohon tertinggi adalah 27,4 m dan terpendek adalah 3,3 m. Beberapa kayu mencuat yang mendominasi adalah meranti, murau dan temalun yang merupakan spesies-spesies khas hutan alam dataran rendah.
Profil Hutan Desa Talang Kemuning
Tipe ekosistem : Hutan sekunder
Komposisi hutan : Dipterokarpa campuran
Terrain : Landai – curam
Tutupan kanopi : >65%
Stratifikasi Hutan
Hutan Desa Talang kemuning hanya memiliki tiga lapis tajuk yang Sebagian besar tegakan pohonnya merupakan pohon lapisan kanopi tengah. Diantara hutan yang disurvei, hanya hutan desa ini yang tidak memiliki tajuk yang mencuat. Selain itu, lapisan tajuk tengah mendominasi dibandingkan dengan tajuk atas. Hal tersebut merupakan hal yang membedakan hutan desa ini dengan hutan lainnya yang memiliki dominasi tajuk atas. Besar rata-rata dbh tidak menunjukkan perbedaan berarti dengan hutan lain. Hal ini menunjukkan meskipun dengan variasi dbh yang tidak berbeda jauh, tinggi hutan dapat menunjukkan perbedaan (Mabberley 1983).